Belum final memang kurikulum yang dilokakaryakan hari ini di FPUB, namun perdebatan tentang format kurikulum yang baru telah berkembang di civitas. Memang terkesan tidak ada yang baru dalam memunculkan matakuliah, tetapi nuansa penghapusan dan penempatan matakuliah pada kurikulum baru sebagai konsekuensi penggabungan prodi menjadi medan perdebatan akademik yang menarik. Dari aspek teknis, penghilangan dan perubahan struktur matakuliah dalam sebuah kurikulum memang membawa konsekuensi yang panjang, mulai pengampuan materi sampai penjadwalan ruang dan sebagainya. Oleh karena itu saya mencoba menelaah beberapa hal menarik yang perlu didiskusikan.Dengan berniat mencoba tidak memihak pada salah pihak-pihak yang berkepentingan, saya berpendapat bahwa ada hal menarik dalam penyusunan kurikulum agribisnis. Dalam beberapa diskusi di tingkat jurusan (dengan melalui proses yang sangat alot), telah diputuskan kurikulum ps agribisnis dan disampaikan dalam lokakarya tingkat fakultas (walaupun di jurusan harus diakui masih menyisakan beberapa masalah).
Kalau boleh berpendapat dengan perspektif lain, dengan sebuah kasus kecil tentang penetapan matakuliah metode kuantitatif sebagai matakuliah pilihan. Sejak beberapa periode kita mempunyai benchmark pada kekuatan analisis kuantitatif, yang justru pada kurikulum yang baru tidak menjadi matakuliah wajib ps. Sebagai contoh matakuliah ekonometrika dan riset operasi yang sudah sejak mbah buyutnya ps agribisnis merupakan icon analisis kuantitatif, tetapi pada kurikulum yang baru menjadi hal yang tidak wajib dipelajari mahasiswa (menjadi matakuliah pilihan). Lebih dalam lagi dalam aspek pemahaman materi misalnya, metode regresi (dan turunannya) yang merupakan analisis dasar pada metode kuantitatif, akan disinggung sebentar pada materi statistika yang jika disejajarkan dengan silabus ps agroekoteknologi tidak masuk dalam materi utama (atau bahkan tidak ada/beberapa dipelajari pada materi ANOVA).
Namun sekali lagi kita tidak usah gusar dan bingung apalagi marah-marah jika memang pandangan kita tidak sama dengan tim penyusun kurikulum yang tentu saja telah melakukan kajian mendalam dan komprehensif yang menurut kps telah melalui SWOT dan treasure. Sekali lagi saya menyitir pendapat rekan saya Mr Edi, “kenapa mesti bingung, kita jalani dulu kurikulum ini dan kita uji penerapan kurikulum yang katanya “KBK” dan “SCL”, barulah kita berkomentar dan berpendapat (absolutly agree boss).
Marilah kita uji kurikulum yang baru dengan tesa, akan meningkatkan kompetensi (sesuai) yang diharapkan, semoga???? (hidup kurikulum baru…….he,…he,… 😀 )
Categories
Company
My Links
My Team