Badan Ketahana Pangan Propinsi Jawa Timur telah melakukan pemetaan kerawanan pangan tingkat kecamatan di seluruh Kabupaten di Jawa Timur pada tahun 2006. Pemetaan kerawanan pangan tersebut menggunakan indikator FIA (Food Security Atlas). Menurut FIA, Indikator Ketahanan Pangan terdiri dari:
- Ketersediaan Pangan
- Akses Pangan
- Kesehatan dan Gizi
- Kerawanan Pangan
1. KETERSEDIAAN PANGAN
Ketersediaan pangan diperoleh dari produksi pangan serealia di suatu wilayah serta kondisi netto ekspor dan impor yang diperoleh melalui berbagai jalur. Ketersediaan Pangan menggunakan proporsi konsumsi normatif terhadap ketersediaan netto padi dan jagung yang layak dikonsumsi manusia.
2. AKSES TERHADAP PANGAN DAN PENDAPATAN
Indikator-indikator yang termasuk ke dalam kelompok ini adalah:
a. Persentase penduduk yang hidup di bawah garis kemiskinan (data estimasi dari BPS)
b. Persentase kepala rumah tangga yang bekerja kurang dari 15 jam per minggu
c. Persentase kepala rumah tangga yang tidak tamat pendidikan dasar
d. Persentase rumah tangga yang tidak memiliki fasilitas listrik
e. Panjang jalan per kilometer persegi
3. PEMANFAATAN/PENYERAPAN PANGAN
Pemanfaatan/penyerapan pangan meliputi infrastruktur kesehatan dan akibat yang ditimbulkan (outcome) dilihat dari aspek nutrisi dan kesehatan. Selain ke dua indikator ini, data Perempuan Buta Huruf dimasukkan di sini, yang secara global diakui sebagai indikator yang menjelaskan proporsi yang signifikan dari tingkat malnutrisi pada anak
- % Rumah tangga yang tinggal lebih dari 5 km dari fasilitas kesehatan
- Populasi per dokter yang disesuaikan dengan kepadatan penduduk
- % Anak yang tidak diimunisasi secara lengkap (4 jenis imunisasi
- % Rumah tangga tanpa akses ke air bersih
- Angka harapan hidup waktu lahir
- % Anak dengan berat badan di bawah standar
- Tingkat kematian Bayi (IMR)
- % Perempuan buta huruf
4. KERENTANAN PANGAN
Dimensi ini mencerminkan kondisi rawan pangan sementara (transient) dan resiko yang disebabkan oleh faktor lingkungan, yang mengancam kelangsungan kondisi tahan pangan baik pada jangka pendek maupun jangka panjang.
Indikator yang digunakan adalah fluktuasi curah hujan, persentase penutupan hutan terhadap luas total wilayah, persentase lahan yang rusak terhadap luas total wilayah, dan persentase luas panen tanaman padi yang rusak akibat kekeringan, banjir, longsor dan hama (daerah puso).
- Persentase daerah hutan (PDH)
- Persentase daerah puso (PDP)
- Daerah rawan longsor & banjir (DLB)
- Penyimpangan curah hujan (DCH)
Berdasarkan Indikator tersebut Badan Ketahanan Pangan Propinsi Jawa Timur mengeluarkan PETA KERAWANAN PANGAN [Link to Dokumen]